Home » » Matematikawan Internasional Asal Indonesia

Matematikawan Internasional Asal Indonesia

Written By Gema Private Solution on Tuesday, August 19, 2014 | 4:10 PM

Hadi Susanto telah berhasil menikmati jerih payahnya. Paling tidak itulah yang dapat menggambarkan kondisinya pada waktu itu. setelah selesai dari ITB, ia berkelana ke Belanda, tepatnya di Universiteit Twente, Belanda. Di kampus tersebut, ia belajar hingga meraih Ph.D.
Kesempatan tidak akan datang dua kali. Sebuah motto yang selalu melekat pada diri Hadi Susanto. Ia manfaatkan secara maksimal kesempatan kuliah di Universiteit Twente. Setelah tiga tahun menyelesaikan kuliah di Universiteit Twente, ia mengambil program Post Doctoral di University of Massachusetts (UMass), Amherst, Amerika Serikat. Di UMass, ia belajar dan menjadi visiting assistant professorship selama tiga tahun. Tugasnya adalah mengajar dua kelas persemester. Belum genap berumur tiga puluh tahun, Hadi Susanto sudah meraih gelar Ph.D
Setelah menyelesaikan Post Doc, Hadi Susanto mengirimkan lamaran ke berbagai universitas di eropa. Dan akhirnya, ia diterima menjadi dosen di University of Nottingham, Inggris hingga sekarang. Untuk bisa menjadi dosen tetap di sana, Ia hanya membutuhkan waktu dua tahun. Padahal rata-rata untuk bisa menjadi dosen tetap membutuhkan waktu sekitar empat tahun setelah lulus Ph.D
Di Universitas Nottingham, selain mengajar, ia banyak berkutat dengan pelbagai riset, dan membimbing mahasiswa S1 hingga S3. Spesialisasi matematika yang ia tekuni hingga sekarang adalah Applied Mathematics dengan penekanan pada Dynamical systems dan Analysis of Differential Equations. Bahasa sederhananya, Matematika terapan dengan menggunakan persamaan diferensial. Ketika disinggung rahasia sukses yang telah ia gapai selama ini, Hadi hanya menjawab sederhana, “Kemauan keras dan kerja keras. Bagi saya, kepandaian bersifat mendukung, bukan yang utama dan doa dan dukungan orang tua, terutama ibu.”
Meski sehari-hari ia berkutat dengan angka-angka, Hadi Susanto masih menyempatkan untuk membaca novel atau cerita-cerita nonfiksi. Ia mengagumi beberapa sastrawan lokal, seperti, Umar Kayam, Gus Mus (KH. Musthofa Bisri), Sapardi. Hadi menyukai sastra sejak kecil. Tepatnya, ketika pamanya suatu hari memberi sebuah buku harian. Di buku itulah ia pertama kali menulis puisi. “sampai sekarang masih ada itu bukunya, dan saya suka tertawa sendiri kalo membaca lagi.” kata Hadi.
Melihat Hadi Susanto teringat Sofia Kovalevskaya. Sofia Kovalevskaya adalah seorang professor Matematika Universitas Stockholm, Swedia. Ia merupakan penyumbang teori persamaan diferensial. Meski sempat terbuang dari negeri asalnya, Rusia, Sofia Kovalevskaya akhirnya diterima sebagai anggota Akademi Ilmiah Rusia. Keduanya (Hadi Susanto dan Sofia Kovalevskaya) mempunyai kesamaan. Sama-sama seorang Matematikawan sekaligus pencinta sastra. “It is impossible to be a mathematician without being a poet in soul.”, ucap Sofia.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Postingan Terpopuler

×

Powered By Facebook and Get This Widget

Bagaimana pendapat mu tentang blog ini ?

Powered by Blogger.
 
Support : Aritmatika '10 | Len Phi | Indonesia Belajar
Copyright © 2013. Gema Private Solution - All Rights Reserved
Published by Dayat Super